Terjebak oleh fikiran sendiri dan prasangka

Manusia itu diberi akal oleh Allah, dan menjadikan manusia itu lebih baik dari makhluk Allah lainnya. Dengan akal itulah manusia bebas berfikir, karena manusia itu memang diberikan hak untuk berfikir, walau pasti hak berfikir itu tentu dibatasi oleh kewajiban berfikir yang baik, kalaupun kewajiban fikiran manusia itu dilanggar, itu juga hak manusia untuk menentukan fikirannya, namun Allah-pun berhak atas permintaan tanggung jawab manusia atas fikirannya masing-masing (alias Allah pastikan meminta manusia bertanggung jawab atas fikirannya masing-masing). Dan pelanggaran atas kewajiban manusia itu berfikir baik, tentu akan membawa manusia pada situasi terjebak oleh fikiran sendiri dan prasangka. Kenapa saya katakan ‘tentu’? Karena manusia itu kan meyakini setiap hal dalam hidupnya sesuai dengan apa yang difikirkannya, dan ketika kerasnya hati membuat manusia tetap teguh dengan keyakinannya, maka ketika manusia itu berfikir salah, selama itu pula ia akan bersikap sesuai keyakinannya yang salah. Dan kenapa saya bilang terjebak oleh fikiran sendiri dan prasangka? Karena yang memilki hak atas fikiran manusia itu ya dirinya, dan setiap manusia itu harusnya bercermin dahulu sebelum kemudian memandang pada faktor-faktor selain dirinya, dan karena penentu keyakinan manusiapun adalah diri manusia itu sendiri, apalagi yang namanya prasangka, itu ada dalam otak manusia karena keinginan manusia itu sendiri bukan?

Contoh sederhananya adalah keyakinan beragama (dalam hal ini saya tidak mau membahas panjang tentang hal itu, karena hak meyakini agama adalah hak asasi, namun tentu kebenaran sejati agama yang paling benar tentu di sisi Allah, dan jika ternyata manusia telah berkeyakinan agama yang salah, maka manusia itu adalah manusia yang terjebak dengan fikiran sendiri dan prasangkanya terhadap agama). Contoh lainnya adalah orang yang menilai sesuatu tanpa tanggung jawab, dalam hal ini maksudnya adalah orang yang setelah menilai suatu hal kemudian begitu yakin dengan penilaiannya tanpa bisa menunjukkan kebenarannya, padahal tidak pernah pasti kebenaran sejatinya, itu adalah penilaian tanpa tanggung jawab, belum pasti tapi merasa paling pasti, dan orang seperti ini juga tentu adalah orang yang terjebak fikiran sendiri dan penilaian serta prasangkanya terhadap sesuatu.

Kalau setiap manusia telah merasa pasti dengan apa yang difikirkan dan disangkanya, tentu menjadi hak pribadi masing-masing, dan ‘silahkan masing-masing berfikir sesuai yang diinginkan’. Namun tentu dari kebebasan berfikir itu ada tanggung jawab, dan setiap diri manusia juga harus menunjukkan kepastian secara pasti apa yang difikirkannya. Dan jika orang sudah merasa telah berfikir dan melakukan hal yang benar, maka keseluruhan perbuatannya seharusnya benar sesuai agama dan nurani secara utuh.

Apakah dibenarkan oleh agama manapun orang yang berprasangka? Dalam islam sih sebagian prasangka itu dosa. Memang rasanya tidak mudah meluruskan tiap fikiran untuk selalu positif, bahkan pada Allah sekalipun. Tapi diatara hal yang membuat sesak adalah berfikir dengan begitu yakin pada suatu yang sesungguhnya salah, dan berprasangka buruk terhadap apapun (yang ternyata entah apapun kenyataanya, entah itu benar atau salah) juga sungguh menyesakkan dada, karena bergelung dengan fikiran yang buruk adalah seperti tercekat pada fikiran-fikiran buruk selanjutnya. Dan sesak inilah salah satu keadaan dimana manusia terjebak dengan fikiran sendiri dan prasangka.

Apakah tidak merasa sia-sia karena telah bersikap sesuai keyakinan, fikiran dan prasangkanya jika apa yang diyakini, difikirkan, dan diprasangkai ternyata salah, atau ketika hanya sibuk dengan apa yang diyakininya secara buruk tanpa ilmu (entah kebenaran sejatinya, wallahualam, tapi ketika manusia itu telah mengimani prasangkanya, tentu setiap keputusan, ucap, sikap dan fikirannya selanjutnya adalah sesuai dengan prasangkanya itu, dan selama itu pulalah hidup manusia kan berjalan sesuai fikirannya sendiri dan prasangkanya, dan ketika kenyataannya tidak sesuai itulah yang menggambarkan bahwa manusia itu pasti terjebak oleh fikiran sendiri dan prasangka)

Seperti ketidakpastian hidup yang terkadang membawa manusia kepada kesalahan-kesalahan, maka satu-satunya yang terbaik adalah menyerahkan semua hal termasuk fikiran pada yang Maha baik, Maha benar, Maha kuasa, Maha adil, Maha pemegang kebenaran sejati, dan Maha diantara Maha dan siapa lagi kalau bukan pada Allah. Karena Allah pulalah yang mempunyai hak ketentuan dan ridhoNya apakah manusia itu di beri jalan lurus atas fikirannya atau tidak.

Semoga saya dan semua manusia lainnya bukanlah manusia yang terjebak dengan fikiran sendiri dan prasangka, dan bersia-sia dalam hidup… amin…
Previous article
Next article

7 Komentar

  1. Amin! Pencerahan yang manis, sebagai manusia kita harus selalu berpikiran positif dan bertanggung jawab atas hasilnya! Karena semua itu berasal dari Allah!

    BalasHapus
  2. betul sahabat yang anda uraikan...
    kunjungi jug blog ku yang lain

    RADJA BONTANG

    GUNTUNG BENUA TUHA

    BUDAYA KUTAI

    BalasHapus
  3. Amin, pencerahan yang manis, kita usahakan selalu berpikiran positif! Akan membuat jiwa kita jadi tenang!

    BalasHapus
  4. salam kenal sobat
    saya tunggu kunjungan baliknya

    BalasHapus

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel