Jalan Yang Terbentang di Depan Sana

Langkah kaki gontai menapaki jalan yang berdebu, kepala terasa begitu penat, dan tubuh ini juga dilingkupi berbagai rasa dari lemas, pegal dan rasa tak nyaman lainnya. Nafas tak sesak tapi juga lapangnya rongga dada tak terasa, hanya entah bagaimana oksigen yang terhirup oleh hidung ini tak mampu membuat helaan terasa lega walau tak juga tersumbat.

Berjuta tanya menyerbu di kepala, dari apa? Kenapa? Bagaimana? Siapa? Kapan? Dan berbagai tanya lainnya berkumpul menjadi satu membuat kepala justru yang terasa sesak oleh penat. Mata ini masih tertuju pada jalan yang terbentang. Tampak tak jelas didepan, entah apa yang terbentang di depan, tak mampu hati ini menebaknya. Hanya tahu waktu terus berputar, bahkan ketika kaki ini terdiampun waktukan terus berjalan.


Di antara perjalanan ini kadang mungkin tampak fatamorgana, tampak sesuatu yang indah membuat ingin berlari mendekat, tapi kemudian semu yang ada, karena nyatanya hamparan indah itu hanya bayangan semata. Namun adakalanya juga sesaat mata berkedip cahaya pelangi menghias indah di langit, nyata keindahannya tertuang, tentu itu jika Sang Maha Indah itu mengijinkan warna warni itu terlukis. Dan tentu saja itu semua hanya gambaran dari yang telah lalu, sementara jalan yang terbentang di depan, tetap masih tak jelas seperti apa, bahkan bayangannya pun tak nampak.

Jalan setapak ini layaknya jalan kehidupan, entah masa depan seperti apa, tak ada satupun manusia yang mengetahuinya. Tentu hanya Allah Sang Maha Tahu yang mengetahui seperti apa di depan sana dengan jelas. Apakah cerah berona atau hitam kelabu yang tertuang di depan sana? Tak ada satu manusiapun yang mampu menjawabnya, karena memang hanya Allah yang tahu.

Tertegun kembali pada jalanan yang terbentang, apapun yang ada di depan sana, kaki ini harus terus melangkah, karena tak mungkin terdiam saja, karena tanah belum membenamkan seluruh tubuh. Melangkah dan terus melangkah walau entah langkah kaki inikan dipertemukan dengan jalan yang seperti apa nantinya. Ya.. diri ini tak pernah tahu hingga melewatinya, hanya tahu tujuan akhir dari semua perjalanan ini, tentu adalah bertemu dengan Allah, Sang Pecipta. Dan yang diinginkan hati tentu adalah bertemu denganNya dalam keadaan terbaik, ya akhir yang baik, husnul khotimah... Aamiin ya Rob, kabulkanlah..

Jalan panjang masih terbentang, dan diri ini masih melangkah, lalu tersirat dalam hati, jika diri ini hanya hambaNya yang masih jauh dari kata sempurna, masih harus terus dan terus belajar menjalani kehidupan ini dengan baik, memahami setiap hal yang terjadi, menyadari kesalahan diri, dan ikhlas menerima semua yang Dia ijinkan terjadi walaupun itu buruk rasanya bagi diri. Dan tentu saja belajar menjadi hambaNya yang di ridhoiNya, bahkan bukan sekedar dalam beribadah padaNya atau hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pribadi antara hamba dengan Sang Peciptanya, tapi juga dalam berukuwah yang baik dengan hambaNya yang lain.

Astagfirullah.. hanya kata itu yang bisa terucap di ujung kata....


Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel