Ruang Temu

    Aku berjalan menuju ke arah pintu lalu membukanya dan menemukan seorang tamu berada di sana, wajahnya tak asing bagiku walau mungkin ini kali pertama mata ini melihatnya secara utuh.

    Ah iya itukan kamu, seseorang yang telah tercatat apik di lembaran kertas itu. Pada detik yang sama pula aku berjalan sampai di depanmu, guratan wajah kita sama-sama mengandung makna, tanpa batas sekat mata kita pun beradu.
    
    Sesaat kita saling tatap, namun kualihkan pandangan kemudian ketika hati memberi kode pada pikiran untuk mengingat tentang sebuah batasan. Ah, tentu itu pula yang kamu lakukan, bahkan mungkin gerak matamu untuk menunduk jauh lebih cepat. Iya itu bagus, karena rasa malu di hati kita haruslah tumbuh, menameng diri dari lintasan yang bisa menjerumuskan kita pada hal yang salah.    

    Jika ada yang bertanya tentang rasa, hanya hati kita tentu yang tahu apa saja yang menghias di dalamnya saat itu. Tak perlu dengan jelas kita mengutarakannya, cukup disimpan saja sampai tiba waktunya, saat alunan rasa itu disetujui oleh Sang Pemiliknya untuk diutarakan.

    Waktu kemudian berlalu dan cerita yang terbentuk seperti apa hanya kita yang tahu. Telah tercatat dengan apik pula dalam tiap detiknya di lembaran itu kembali, kita pasti akan terkejut jika diperbolehkan untuk membacanya, karena takkan terluput satu kata pun dalam catatan itu semua yang kita lakukan, tepat dan utuh. 

    Di ruangan itu kita bertemu, bukan ruang tamu rumahku, tapi ruang yang mempertemukan aku dan kamu, aku menjadi tamumu dan kamu menjadi tamuku.

    Ya … kita berada di ruang temu saat itu, ruangan yang mampu meninggalkan kesan pada masing-masing hati. Entah bagaimana jejaknya di hatimu, namun jika kamu tanyakan tentang apa yang tersisa di hatiku, tentu saja ada makna yang membekas dan tak mudah untuk dilupakan dengan segera.

    Humm … aku terdiam sesaat, suara detik jam di dinding kamar kini terdengar begitu jelas. Jemari tangan ini kini kembali asik menari di atas keyboard, sementara pada layar eletrik tampak huruf-huruf bertautan membentuk kalimat, yang selama beberapa jam ini telah kubaca sampai berkali-kali.    

    Sementara itu dalam jangkauan jarak yang entah berapa meter atau bahkan sampai ribuan kilometer, ada sepasang mata yang tengah beradu dengan tulisan tangan ini. Ah iya, itu pasti kamu ya yang sedang masuk ke dalam ruangan itu. Iya kan? Pasti, tapi tentu saja itu kamu yang lain, bukan kamu yang kusebutkan dalam tulisan di awal tadi. Ya … tentu saja itu “pasti”, karena tamu yang tertulis di atas hanya sebuah kisah kiasan yang belum pernah terjadi, jadi tentu saja itu bukan kamu.

    Iya, aku memang sedang menulis tentang sebuah ruangan kali ini, ruangan di dalam kehidupan yang selalu membuat sebuah pertemuan terjadi. Termasuk saat matamu tadi menatap tulisan ini, dengan tepat kamu masuki ruang temu yang kumaksudkan tadi. Dan dengan jelas juga setiap kejadian dalam pertemuan itu telah tertulis dalam lembaran catatan takdir kita di langit. Disusul kemudian catatan amal kita yang dituliskan, sebagai hasil dari peran kita di dalam skenario-Nya yang apik.
    
    Ruang temu adalah tempat kita bertemu dengan semua hal yang dihantarkan Allah masuk ke dalam hidup kita. Kita diberikan kebebasan oleh-Nya melakukan apapun di dalamnya, walau begitu tetap ada batasan dari-Nya jika kita tak mau terjerumus pada hal yang salah di mata-Nya.

    Lalu soal rasa dan makna? Tentu saja di dalam ruang temu itu pasti ada. Ya ... skenario Allah itu pasti sempurna, tak ada satupun dalam hidup ini yang datang dari-Nya tanpa sebuah makna, yang juga akan hadirkan ragam rasa di dalam hati saat kita melewatinya.

    Kalau pun ada suatu waktu di ruang temu itu kamu bilang “biasa saja” dan tak ada apa-apanya, itu artinya kamu yang kurang peka. Karena di dalam skenario-Nya, akan selalu tersisipi makna baik dari-Nya di dalam ruang temu itu, entah berupa hikmah, nasehat, pelajaran, teguran, serta ragam makna lainnya. Yang jika kamu telaah lebih dalam lagi, akan kamu temukan makna kasih sayang-Nya di sana.

Sekedar setetes cerita blog ilmair, salinan dari tulisan saya di media sosial saat mengikuti tantangan menulis, semoga menginspirasi. 
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel