Nggak Tahu Itu Nggak Dosa, Tapi Dampaknya? Seperti Minum Racun Tapi Nggak Tahu

    Ilmair kali ini ingin posting tentang "Nggak Tahu Itu Nggak Dosa, Tapi Dampaknya Tetap Saja Kena, Seperti Minum Racun Tapi Nggak Tahu" (pada judul saya potong sedikit karena terlalu panjang).
    Tapi tulisannya saya buat jadi cerita faksi ya, tentang dua kakak beradik, sebut saja Balada Puan dan Nona.'
    Semoga bermanfaat dan menginspirasi ...



        Apakah sahabat pernah merasa galau waktu berada di tempat penjual nasi goreng? Galau seperti Puan dan Nona yang baper sama si Mamang penjual nasi goreng, humm.

    Eit itu bukan karena si Mamangnya ganteng ya, atau sempat-sempatnya kedipkan mata sambil goreng nasinya. Hihi ... Itu bukan mereka banget. Si Mamang justru baik-baik saja, bahkan asiik banget goreng nasinya, sampai nggak sadar kalau ada mata-mata yang memperhatikannya dengan seksama. Uhuksss.

    Eh Puan dan Nona juga bukan baper karena lagi jatuh cinta ya. Tapi bapernya berawal dari mata si Puan yang nggak sengaja menatap sebuah botol bertuliskan "angciu" yang berada tepat di dekat Mamang.

    Nona yang sempet dapet kode dari Puan, kakaknya, dengan segera bergerak mendekati Mamang, mulutnya juga nggak kuat untuk nggak berucap,
"Mang itu angciu?"
"Eh iya Neng, kenapa? Mau ditambah angciunya?" jawab si Mamang terdengar polos.

    Tapi mulut Nona kemudian terasa kaku, padahal hatinya udah deg-deg seeer.
'Ya Allah, astaghfirullah, harus gimana ini?' kalimat itu cuma tersimpan di dalam hati Nona.
    
    Begitupun dengan hati Puan yang nggak kalah gemuruhnya, saat melihat si Mamang begitu ceria dengan wajan dan nasi yang di gorengnya.

    Saat nasi goreng lagi dibungkus, sempat terlintas di benak kakak beradik itu untuk keluar dari sana dan langsung kabur. Tapi ... hati keduanya ternyata nggak tega, apalagi kemudian melihat wajah sumringah si Mamang waktu ngasih bungkusan nasi gorengnya. Mulut mereka seperti terkunci rapat, tangan Puan juga bergerak saja ambil bungkusannya, terus refleks memberikan uang ke si Mamang. Hummm ... Bukan lagi dihipnotis ya ini, si Mamang baik, uang Rp.50.000 saja di berikan kembaliannya, nggak kurang seperakpun.

    Waktu Nona menyalakan motor, masih sempat matanya melirik si Mamang, sambil kemudian tepat beradu pandang juga dengan Puan.
    
    "Ayooo ah, ke tempat penjual sate Nona!" ucap Puan terdengar lesu. Motor mereka langsung melesat maju dan tiba di gerobak penjual sate di ujung jalan.
    
    "Aaahh Kak Puan tadi kenapa nggak bilang sama si Mamang, kalau angciu itu haram Kak?" Nona tampak menyesal, cemas dan gemas.

    "Yeee ... Kamu sendiri kenapa akhirnya cuma diem aja setelah nanya botol angciu? Kalau nasinya mah biarlah, nanti kita buang ajaaa, hummm." ucap Puan.

    "Ya kan, ya kan nasgornya udah dibuat, mana ada pembeli lain juga di situ, si Mamang juga mukanya bikin mulut jadi pingin diem. Tapikan kasian si Mamang kalau pakai terus angciunya, rezekinya gimana itu Kak?" Nona membela diri, sambil masih teringat juga wajah si Mamang.

    "Ya Kakak juga ngerasain yang sama kaya kamu Nonaaa, duuuuuh masih kepikiran ini juga mesti gimana. Si Mamang emang nggak tahu ya, nggak tahu ya nggak dosa, tapikan kita tahu ya? Haduuuh." Gelisah hati Puan kian tampak.

    "Iyaaa, mestinya kita tadi bilang Kak. Hummm ... Duuuhhh," ucap Nona sambil membuka Hp-nya kemudian, mengalihkan pikirannya dari si Mamang.

    Eh bukannya teralihkan, matanya kini malah tepat melihat sederet tulisan status di medsosnya.
'Nggak tahu nggak dosa tapi dampaknya tetep aja kena, seperti minum racun tapi nggak tahu!'
Zlebbb.

    "Kak Puan, ayoo balik ke sana, huhu si Mamang mah tetep kena dampaknya itu Kak, kaya minum racun tapi nggak tahu." Nona kali ini semakin dilanda galau.

    "Aaah iya, astaghilfirullah. Kaya minum racun tapi nggak tahu, tetep aja racunnya gerogotin tubuh ya. Kalau si Mamang nggak tahu kalau angciu itu haram, ya nggak dosa, tapi tetep rezeki nggak halal masuk ke tubuhnya, ke keluarganya, dampaknya tetep ngaruh ke hidup si Mamang, nggak berkah, doanya juga bisa tertolak. Astaghfirullah." Puan pun jadi ingat sama kata-kata ustadz yang pernah bahas tentang riba, leasing, kartu kredit, asuransi, halal haram skin care dan makanan.

    'Harta tak halal yang masuk ke tubuh kita itu bisa mengalir ke darah dan menjadi daging, berpengaruh juga sama akhlak. Bisa bikin hidup menjadi tidak berkah dan doa pun bisa tertolak. Walau tak tahu, tetap pengaruhnya ada, seperti minum racun tapi tak tahu. Sudah semestinya kita harus cari tahu, apa yang kita makan dan pakai, serta asal muasal rezeki. Harus belajar ilmu syar'i terus, agar tak terlewat ilmunya termasuk tentang yang mana  halal dan juga haram.' Terlintas kalimat itu dibenak Puan, membuat dirinya semakin dilanda galau.

    Sementara asap arang yang membakar sate masih mengepul, Nona dengan segera bergegas menarik tangan Puan.

    "Hayuu ah balik ke si Mamang dulu Kak, bisik-bisik aja bilang ke si Mamang, jelasin pelan-pelan, Kakak kan biasanya bisa ngomongnya, aku mah bisi nggak bisa jelasin. Urusan diterima atau nggak ucapan kita, terserah Mamang ah, yang penting kita udah nyampein."

    Kakak beradik itupun kemudian bergegas mau kembali ke tempat si Mamang nasi goreng. Sementara si Mamang sate hanya bengong saja melihat tingkah keduanya, hampir melas wajahnya merasa akan di PHP in. 

    Tapi sedetik kemudian Puan pun berucap setengah berteriak ke arahnya, "Sebentar ya Mang, nanti kita ke sini lagi, satenya jadi dibeli kok Mang." Membuat Mamang Sate pun jadi ikut tenang.

Selesai

*Tulisan ini terinspirasi dari kisah nyata yang dibuat faksi - di kasih bumbu sana sini dari awal, isi dan endingnya. Jalan ceritanya memang dibuat sedikit lebay, tapi semoga lebih lebay manfaat dan inspirasinya buat sahabat semua. 😀 Aamiin
Previous article
Next article

Belum ada Komentar

Posting Komentar

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel