My Goals, Kamu Dimana? Part 2

    Ilmair lanjutkan cerita inspirasi, kisah faksi berjudul "My Goals, Kamu Dimana?", sahabat bisa baca tulisan sebelumnya "My Goals, Kamu Di Mana? Part 1 semoga menginspirasi, selamat membaca.

    Selama beberapa bulan sebelumnya aku memang hanya seorang pencari receh di dunia maya. Menulis di blog pribadiku hingga kemudian menemukan beberapa peluang yang bisa menghasilkan uang. Aku juga sempat membuat kue dan roti, lalu menjualnya dengan cara konsinyasi, tapi bisa dibilang tak seberapa juga hasilnya, karena aku menjalaninya tanpa keseriusan dan ketekunan.

    Di saat penjual kue lainnya mungkin bisa bangun lebih pagi, membuat kue yang lebih banyak lalu menitipkannya di beberapa tempat, aku hanya baru mencoba-coba resep lalu menjualnya. Untuk proses yang satu itu memang tak sebaiknya kupelihara, karena keseriusan dan ketekunan seharusnya memang masuk ke dalam lembar ikhtiar dalam hidup. Walau pada akhirnya tetap Allah-lah yang menentukan hasilnya, apa yang terbaik bagi-Nya, itulah yang akan datang menghampiri diri.

    Ya, memang kemudian skenario Allah mempertemukan aku dengan sebuah kesempatan, bahkan beberapa kemudahan, tapi mungkin hasilnya akan jauh berbeda jika aku melakukan ikhtiar yang lebih baik lagi.


    Humm ... proses? Rasanya kurang tepat jika ikhtiar yang tak seberapa itu kusebut sebagai sebuah proses yang membawaku pada sebuah kesempatan. Nyatanya Allah itu memang terlalu baik, karena ketika aku menelaah semua hal yang telah dihantarkan-Nya di dalam hidup, sungguh rasa malu pada-Nya pun akan hinggap di hati ini.

    Apalagi keluh kesah pada-Nya sering kali mencuat saat masalah hidup menghampiri, hingga terkadang aku pun bertanya-tanya, “kenapa sih Allah kasih masalah yang berat di dalam hidup? Kenapa harus aku yang menghadapi masalah seperti ini? Bosan aku dengan masalah, lelah rasanya Allah …”

    Di titik ini, aku memang belum bisa menemukan jawaban yang tepat untuk sebuah 'proses', apalagi jika aku hanya mencarinya di dalam 'teori dunia', kata 'tak layak mendapat kesempatan' pasti tertunjuk tepat ke arahku.

    Tapi mungkin nanti, akan ada kepingan-kepingan puzzle jawaban yang aku temukan di perjalanan ini. Mungkin saat itu aku telah menemukan goals-ku di depan, mungkin ....

    “Nay, ayo turun! Kamu lagi mikirin apa sih? Humm … bagusnya sih kalau omongan Mbak tadi ya yang dipikirin. Tapi … jangan cuma disimpan di dalam kepala juga ya Nay, coba dilakuin dong Nay. Mbak mau ngomong berjuta kata motivasi dan semangat juga nggak akan jadi apa-apa Nay, kalau kamunya sendiri nggak mau menemukan goals-mu itu.” Suara Mbak Tifani menyadarkanku. Segera kumasukkan buku dan pulpen yang sepanjang perjalanan tadi hanya sempat bertautan melalui jemari ini sesaat, kemudian sisanya hanya duduk manis terdiam di pangkuan. Kontras dengan pikiran ini yang sedari tadi malah asik dengan ragam kata dan ingatan.

    Aku berjalan mengikuti langkah Mbak Tifani, memasuki Gedung berlantai 20 yang sudah kesekian kalinya kami kunjungi.

    “Kita charge lagi semangat kita disini ya Nay, kamu dengerin sharing temen-temen yang udah bisa mencapai targetnya bulan ini,” ucap Mbak Tifani ketika kami sampai di depan pintu lift.

    “Ah, iya Mbak,” jawabku singkat sambil tersenyum.

    Suara musik dengan alunan yang menggelegar dan membangkitkan semangat terdengar saat pintu lift terbuka di lantai 20. Energi di tubuh ini pun terasa mengalir deras. Di dalam ruangan tempat asal suara musik itu tampak sudah dipenuhi oleh banyak orang, dengan wajah yang cerah dan penuh semangat.

    "Semangat pagi, apa kabar Anda hari ini?" sapa MC acara hari itu, yang dijawab dengan serempak oleh semua yang ada di dalam ruangan, "luar biasa dahsyat!"
    Aku dan Mbak Tifani kemudian masuk dan duduk di kursi deretan tengah, sempat juga kami berpapasan dengan beberapa teman satu timnya Mba Tifani dan saling bersapa hangat.

    “Gimana nih closingan-nya orang sukses bulan ini?” tanya Mbak Pradita, leader satu tingkat di atas Mbak Tifani. Pertanyaan yang sebenarnya membuat aku sedikit minder, karena sejak lulus ujian lisensi keagenan tiga bulan yang lalu, aku belum juga bisa membawa data nasabah ke sini.

    “Ayo semangat! Harus optimis dan percaya diri kalau kamu pasti bisa Nay! Nggak boleh menyerah sama penolakkan ya, belajar terus dan kejar prospek terus Nay!” sambung Mbak Pradita saat melihat aku hanya tersenyum tegang mendengar pertanyaannya tadi, kemudian menepuk pelan lenganku dan duduk disamping Mbak Tifani.

    “Ah iya Mbak, “ jawabku .

    Beberapa orang kemudian di panggil ke depan oleh MC, mereka adalah teman-teman satu agency yang berhasil mengejar target closing lebih dari dua nasabah bulan ini. Secara bergantian teman dengan nilai tertinggi maupun agen baru yang sudah berprestasi itu berbagi cerita tentang pengalaman sukses mereka.

    Mataku merekam dengan apik cerita mereka, tentang rasa syukur dan juga kisah perjuangan mereka. Latar belakang orang-orang yang berbagi itu sungguh tak sama. Dari yang kutangkap, kesuksesan yang didapat itu bukanlah soal berapa banyak teman dan saudara yang mereka punya, juga bukan soal dari kalangan berada atau tidaknya meraka. Namun, tentu saja itu semua soal bagaimana tekun dan gigihnya mereka berusaha dalam mengejar goalsnya masing-masing.

    Mbak Tifani melirik ke arahku, saat seorang Ibu berbagi kisah di depan,
    “Nay, kamu dengar kan cerita ibu itu? Dia itu hanya seorang Ibu rumah tangga loh tadinya! Bukan dari kalangan berada bahkan. Saudaranya mungkin banyak yang punya cukup uang untuk bisa dia closing-kan menjadi nasabah, tapi tak satu pun dari orang terdekatnya itu yang menerimanya sebagai financial planner. Ditolak, diacuhkan bahkan sampai disepelekan tak membuatnya gentar, hingga akhirnya dia mampu closing-kan orang-orang yang baru dia kenal. Eh, ibu rumah tangga loh Nay! Eggak pernah punya background apa pun di bisnis kita ini, bahkan belum pernah juga jadi marketing apapun sebelumnya. Jadi jangan beralasan ya Nay, semua orang pasti bisa sukses kalau ada kemauan Nay, dan harus punya goals …” ucap Mbak Tifani.

    Sebuah video tentang perjuangan dan kesuksesan pun di putar di depan, mata ini tak berhenti merekam setiap adegannya di sana.

Bersambung.... (selanjutnya di My Goals, Kamu Di Mana? part 3)
Previous article
Next article

13 Komentar

  1. Terkadang pengen bilang "Ya Allah... Why me?"
    Tentu saja jawabannya "why not".

    Setiap masalah yang kita hadapi adalah atas kehendak-Nya. Tentu saja karena Allah lebih tau batas kemampuan kita. Kadang kita terlalu gak pede. Padahal ketika Allah beri sebuah kesulitan akan terbentang kemudahan berkali lipat. Semangat kak nayyy

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Kak *jawab Nay :)
      Betul Kak, kadang suka ada pertanyaan "Why me Allah?", ya Allah jawab, "why not?"
      Kaya disadarin, kalau yang tahu kita tuh Allah loh, bukan kita sendiri bahkan ya ... Duh, semua kehendak Allah yang terbaik pastinya buat kita.

      Makasih udah mampir ke ilmair ya Kak, semangat juga

      Hapus
    2. Ahh baca cerita di atas lalu baca komen ini lalu tersadar sama beberapa pernyataanku dalam hati. Bener banget mba why not? Inilah yang jadi batu loncatan kita untuk naik kelas ya

      Hapus
  2. Setuju ka.. masalah bukan awal atau akhir sebuah masalah hidup. Masalah itu ya memang suatu keharusan yang harus dihadapi. Semua pasti ada jalan keluar terbaik. Pembelajaran gak ada yang instan. Begitupun masalah. Be happy Aj ya kan

    BalasHapus
  3. intinya jangan takut menghadapi masalah karena itu akan membuat kita makin dewasa kedepannya

    BalasHapus
  4. Tantangan itu kalau dihadapi dengan kekuatiran malah jadi semacam ancaman ya kak. Akhirnya saya berani hadapi tantangan karena saya berpikir Tuhan yakin untuk saya hadapi

    BalasHapus
  5. Sukses kuncinya adalah serius dan tekun. Pengalaman menjual kuenya ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua. Cerita part dua ini juga mengandung pesan tersirat bahwa keberuntungan ada untuk mereka yang siap.

    BalasHapus
  6. setiap apa yang terjadi dalam hidup kita memang sudah ditulis. usaha-usaha yang kita lakukan dan pilihan yang kita pilih di dunia ini juga sudah ada 50.000 tahun yang lalu. jadi kita harus tetap semangat meski terkadang terseok-seok. karena setiap kesulitan pasti ada kemudahan. semangaaat selaluuu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, semangaaat terus ya kita berusaha lakukan yang terbaik, walau semua hal sudah tertulis apik di atas sana.

      Hapus
  7. sebuah tantangan yang baru dalam dunia harus bisa di hadapi dan berpikiran positif pasti bisa

    BalasHapus
  8. Saya kira ini tulisan tentang pengalaman si penulis ternyata cerbung ya. Idenya menarik dan pesannya juga jelas. Yah kenyataannya di zaman sekarang juga udah banyak ya ibu rumah tangga yg sukses bekerja dari rumah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar tebakan Kakak yang pertama Kak, ini cerita faksi :) terinspirasi dari kisah nyata, ada sedikit bumbu ceritanya dan perubahan nama-nama tokohnya, enggak plek sama persis

      Hapus
  9. Tantangan yg sangat sulit nih, terkadang suka down

    BalasHapus

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel