My Goals, Kamu Di Mana? part 4

    Melanjutkan kisah faksi saya berjudul "My Goals, Kamu Di Mana?", sahabat bisa membaca tulisan sebelumnya di "My Goals, Kamu Di Mana? part 1", "My Goals, Kamu Di Mana? part 2" dan "My Goals, Kamu Di mana? part 3". Semoga menginspirasi dan selamat membaca.

    Sepanjang sisa perjalanan siang itu pikiran ini pun menerawang. Sedikit terpikirkan juga ucapan sang ibu calon prospek yang gagal ku-closing-kan. Walau akhirnya kata-katanya itu hanya mengambang, tersudutkan oleh banyak alasan di dalam pikiranku sendiri. Berbagai kata 'tapi' menumpuk di kepala. Hingga nasehat sang ibu itu pun tertolak, karena aku masih yakin bahwa apa yang kutawarkan ini merupakan kebutuhan bagi banyak orang. Ya, bagaimana tidak, kepala ini masih dipenuhi dengan ragam informasi yang baru saja kupelajari selama 5 bulan terakhir ini, tentang dunia investasi dan asuransi.

    Kejadian di commuter line siang itu pun akhirnya hanya kuanggap sebagai ujian. Sesuatu yang harus kucari solusinya, bagaimana agar aku bisa menghadapi calon prospek yang memiliki pemikiran yang sama dengan sang Ibu tadi di kemudian hari.



    Mbak Tifani yang kuceritakan lewat pesan singkat pun langsung menanggapi,
[Nay bagus itu, kalau kamu punya masalah, itu artinya kamu udah berusaha Nay. Semangat ya Nay! Jangan menyerah hadapin prospek yang seperti itu! Kalau kasus kaya gitu Mbak nggak paham Nay. Coba kamu ikut training di pusat aja ya Nay. Nanti Mbak cariin jadwal training untuk produk syariah kita ya. Terus kamu tanyain deh nanti ke trainer-nya. Ok Nay, semangat terus, sukses Nay!]

    Semangatku pun kembali tumbuh setelah membaca pesan dari Mbak Tifani, hingga tak sabar rasanya kunanti training produk syariah yang Mbak Tifani maksudkan.

    Ah, iya, Mbak Tifani dan aku memang berbeda keyakinan, jadi pertanyaan seputar prospek dan produk yang berkaitan dengan agama takkan bisa kutanyakan padanya.
****

Keesokkan harinya …

    Ada sederet daftar yang telah kutulis dari semalam, daftar rencana untuk mencari prospek hari ini. Pagi ini cuaca cukup cerah, tapi rasa tak percaya diri muncul di saat diri ini akan pergi ke luar rumah.
Hufft … ada beberapa wajah baru lagi yang akan kujumpai hari ini, tak boleh gugup aku nanti. Semua informasi tentang produk juga harus sudah bisa kuingat dengan baik, ” ucapku pada diri sendiri.

    Sesaat rasa malas pun datang menghampiri, menyergap tubuh ini, hingga akhirnya aku memilih untuk berangkat di siang hari.

    Kupacu motor di jalanan siang itu, berkelilling mengikuti jalur yang telah terpikirkan untuk jadi tujuan mencari prospek. Satu, dua dan tiga toko pun akhirnya kudatangi, tapi yang kudapat adalah penolakkan dan penolakkan, membuat semangat mencari prospek di hari itu pun akhirnya lambat laun semakin menurun.

    Hingga gerimis pun datang saat diri ini tiba di sebuah rumah, rumah seseorang yang sebelumnya pernah aku datangi.

    “Assalamu’alaikum …” sapaku, setelah memarkiran motor lalu mengetuk pintu.
    
    “Wa’alaikumsalam … Eh, Mbak Nay, silahkan masuk Mbak,” jawab seorang Bapak setelah membuka pintu rumahnya.
    
    “Ah, gimana kabanya Pak? Sehat semua kan ya Bapak sekeluarga?” tanyaku.
 
   “Alhamdulillah baik Mbak. Gimana-gimana, ada yang bisa saya bantu? Hehe … ya mungkin aja Mbak Nay punya informasi pelanggan gitu untuk saya. Eh, atau Mbak Nay mau jelaskan produk baru ya kali ini?“ jawab sang Bapak.

    Mendapat sapaan hangat itu membuat hati terasa tenang, seperti angin sejuk yang mampu menghapus semua ketidaknyamanan, setelah beberapa kali tadi kuhadapi wajah penolakkan.

    Bapak Ardian Sudistira, beliau adalah seorang Bapak muda yang baru kukenal selama dua bulan terakhir ini. Jika kuhitung, ini adalah kali ke tiga aku berkunjung ke rumahnya. Sambutannya terhadapku tak pernah berubah dari sejak pertama aku bertamu, selalu saja ramah.

    “Kondisi keuangan saya rasanya belum mampu untuk rutin membayar preminya Mbak Nay, apalagi yang saya mau tiga anak saya juga bisa dimasukkan Mbak, tapi biayanya pasti besar itu ya Mbak Nay?” katanya ketika obrolan kami sudah masuk pada inti kedatanganku.

    “Ah, Bapak mau saya buatkan ilustrasinya dulu Pak? Saya bisa hitungkan berapa biayanya untuk semua keluarga Bapak,” aku pun lalu mengeluarkan pulpen dan buku, siap untuk mencatat beberapa data yang diperlukan.

    “Eh, nanti aja dulu Mbak, belum terpikir dalam waktu dekat saya buka polisnya. Nanti kasihan Mbak Nay, pasti itu perlu di print, kan ya? Berlembar-lembar juga kertasnya, nantilah kalau sudah pasti saya akan minta Mbak untuk buatkan. Tenang aja Mbak, saya sudah simpan nomor Mbak Nay, dan ini kartu nama Mbak Nay juga ada di dompet saya,” ucapan Pak Ardian itu membuatku sedikit lemas. Ya, hari ini sang Bapak pemilik usaha jual beli mobil kredit ini belum juga bisa aku closing-kan.

    “Semangat ya Mbak, sudah bagus itu pantang menyerahnya. Saya udah berapa kali ya Mbak  Nay tawarkan membuka polis? Hehe … yah tapi gimana Mbak kondisinya belum memungkinkan,” sambungnya lagi.

    Lalu telinga ini pun lagi-lagi jadi pendengar tumpahnya sedikit cerita, karena Bapak Ardian akhirnya bertutur tentang kondisi bisnisnya yang saat ini sedang jatuh.

    “Ah, kalau saya ingat beberapa bulan lalu, lebih berat dari sekarang Mbak. Yang saya ingat saat bisnis saya jatuh itu cuma satu, dosa saya, terutama sama Ibu. Pasti Mbak Nay juga pernah dengar kan ya, masalah yang datang dalam hidup itu terjadi pasti karena kesalahan kita sendiri, bukan hanya kesalahan pada keadaan yang kita hadapin saat itu aja, tapi bisa juga karena tumpukkan dosa di masa lalu. Yah, kaya kita lagi di sentil aja sama Allah, supaya inget lagi untuk segera berbenah diri,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

    “Saya datangi ibu, lalu minta maaf sama beliau dan minta didoakan supaya bisa lancar semua urusan Mbak. Ya, ibadah dan sedekah juga pastinya enggak lupa dibenahi, cari ridho Allah,” sambungnya.

    “Tok … tok … tok … “ hati ini sepertinya sedang diketuk lagi, dengan nasehat yang datangnya dari sebuah pertemuan.

Previous article
Next article

14 Komentar

  1. Seru banget sih, barusan baca part 1 nya biar tahu dari awal. Bacanya sambil membayangkan karena saya pun punya mimpi seperti di rasakan mba Nay.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Kang udah baca dari part 1 nya ...

      Semangat berjuang meraih mimpi ya Kang :)

      Hapus
  2. Memang dunia asuransi dan investasi di negara kita aga terlambat perkembangannya.. ya tidak dipungkiri karena lebih banyak cerita kecewa ketimbang cerita suksesnya.. harusnya cerita sukses berasuransi dan berinvestasi yang terus diperbanyak... sehingga cerita buruknya mampu tenggelam dan tidak muncul di permukaan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaya Bang :D, walau sebenernya di cerita ini justru Nay bersyukur walau belum mendapatkan kesuksesan Bang :)

      Makasih sudah berkunjung ke ilmair ya Bang

      Hapus
  3. Asuransi sebagai salah satu proteksi keluarga memang menjadi pilihan agar ada persiapan di masa mendatang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau di kisah ini Nay dapat ilmu yang berbeda Mas tentang dunia asuransi, sekilas ilmunya ada di part 7 nya ya :)

      Makasih udah berkunjung ke ilmair ya Mas

      Hapus
  4. Aku kadang merasa sebel kala ada orang seperti Mbak Nay menjadikanku sasaran prospeknya. Padahal, kita kan butuh sama informasi yang disampaikan Mbak Nay. Jadi meski sebel, aku ya dengerin sampai habis. Kalau perlu sekalian cari tahu ilustrasi pembayaran premi nya.

    BalasHapus
  5. saya pernah juga ngalamin nge prospek nih mba, semangat mba. aku yakin mba akan segera bisa closing. emang harus sabar dan terus mencoba, setiap gagal ngeprospek emang ketemu banyak hal yang jadi pembelajaran dan gak sedikit juga bikin insecure. tapi rezeki closing itu akhirnya pasti datang

    BalasHapus
  6. Memahamkan ttg dunia investasi dan asuransi memang tidak mudah. Kalau sudah paham, terakhir ttg memilih dan memutuskan yg itu tidak boleh dipaksa

    BalasHapus
  7. Terkadang hidayah itu semakin dikuatkan ketika mendengar kisah orang lain ya Mbak,, jd kita bs memunguti hikmah yang berserakan. Sekali lg keramatnya seorang ibu sangat2 dibutuhkan anaknya ya

    BalasHapus
  8. Keren nih my goals...seru. cerita khas modern ini

    BalasHapus
  9. Lanjutkan kak. Penasaran dengan nasehat dari sebuah pertemuan. Seru ceritanya

    BalasHapus
  10. seperti membaca cerbung di tabloid penasaran menunggu kelanjutan setiap ceritanya, ini sampai seri berapa mbak?

    BalasHapus
  11. Semangat terus mbak, semoga segera ketemu orang baru yang langsung closing setelah mendengar pemaparan yang disampaikan

    BalasHapus

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel