Bolehkah Kita Marah? Ini Dia Cara Meredakan dan Mengendalikan Amarah

     Setiap orang pasti pernah marah, ya sahabat. Entah itu merasa kesal , kecewa atau frustasi karena suatu keadaan atau perilaku orang lain yang mengancam, merugikan atau tidak sesuai dengan harapan, maupun prinsip dan nilai-nilai yang diri pegang. Ya, semuanya pasti pernah mengalaminya.

Bolehkah Kita Marah?

    Lalu, bolehkah kita marah? Pertanyaan itu mungkin pernah terbersit di pikiran kita semua ya. Apalagi ada beberapa dalil dalam Al Qur'an dan hadist yang menyebutkan dan menganjurkan agar kita bisa bersabar dan menahan amarah, bahkan tersemat juga kalimat, "jangan marah!" Sesuai hadist, 

Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, ia berkata

Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang dapat memasukkan dalam surga.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ

Janganlah engkau marah, maka bagimu surga.” (HR. Thabrani dalam Al-Kabir. Lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, hadits ini shahih lighairihi).

    Nah, loh! Jadi, kita tuh tidak boleh marah ya?

    Humm ... sebenarnya kalau pertanyaan yang dimaksud itu 'bolehkah kita punya perasaan marah?' Jawabannya pasti tak apa-apa ya, karena kita manusia yang memang punya berbagai macam emosi termasuk marah. Dalam islam pun tidak dilarang sebenarnya adanya amarah di dalam diri, karena memang Allah Ta'ala juga membuat perasaan itu ada di dalam diri hamba-Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 Aku ini hanya manusia biasa, aku bisa senang sebagaimana manusia senang, dan aku bisa marah sebagaimana manusia marah. 

    Justru kita harus bersyukur memiliki emosi bernama marah, disamping emosi lainnya seperti bahagia, sedih, kecewa, jijik, dan takut. Dengan adanya emosi marah, kita memiliki alarm untuk mengingatkan diri jika ada batasan-batasan pribadi yang teracam, atau ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Selain itu, marah juga bisa menjadi katalisator atau mempercepat reaksi  hingga perubahan terjadi, dan marah pun bisa memotivasi kita untuk berpegang teguh pada prinsip dan nilai-nilai yang kita yakini.

Alasan Marah dan Cara Meluapkannya

    Walau begitu, harus diperhatikan juga alasan dibalik kemarahan kita. Kalau emosi marah itu muncul karena hal-hal sepele, atau bahkan untuk hal-hal yang tak semestinya kita marah, tentu saja itu salah. Marah dengan alasan yang salah bisa jadi merupakan bara api yang dihembuskan oleh setan yang memang menyesatkan dan harus kita hindarkan ya. Seperti misalnya ada orang yang berbuat salah, ketika ditegur malah marah, ya, tentu itu salah. Atau ada orang yang berhutang, lalu justru menjadi galak ketika ditagih oleh si pemberi hutang, duh, jangan sampai kita begitu ya. 

     Sementara marah yang terjadi karena alasan yang tepat tentu boleh-boleh saja, bahkan bisa jadi terpuji jika kita marahnya karena Allah Ta'ala.

Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah” (HR. al-Bukhari no. 3367 dan Muslim  no. 2327).

     Jadi marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Ta’ala, yaitu marah dan tidak ridha ketika perintah dan larangan Allah Ta’ala dilanggar oleh manusia. Hal itu merupakan akhlak mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang selalu ridha dengan apa yang Allah ridhai dalam al-Qur’an dan benci/marah dengan apa yang dicela oleh Allah Ta’ala dalam al-Qur’an.  (kitab “Jaami’ul ‘uluumi wal hikam” hal. 148).

    Salah satu contoh marah yang karena Allah Ta'ala adalah kita marah ketika melihat saudara kita dizalimi, seperti di Palestina, Ughgyur, Rohingya, Kashmir, dan lainnya. 

     Disamping itu kita juga harus memperhatikan bagaimana cara kita meluapkan atau mengeluarkan emosi marah itu sendiri. Lagi-lagi harus kita sadari bahwa sifat marah juga bisa jadi merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri, karena dengan kemarahan, seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya. 

     Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetap selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, dan selalu mampu meredam kemarahan karena Allah Ta’ala. Ya, jika kita marah karena Allah, tentu kita akan memperhatikan apa-apa yang diridhoi-Nya, ya sahabat. 

Cara Mengatasi dan Mengendalikan Amarah

      Disamping pertanyaan seputar bolehkah kita marah, penting bagi kita untuk tahu bagaimana caranya mengatasi amarah. Apalagi mengendalikan amarah sendiri merupakan keterampilan penting dalam menjaga keseimbangan emosional dan hubungan yang sehat. 

      
    Ya, memang sangat penting bagi kita untuk memperhartikan keseimbangan emosi di dalam diri. Jangan biarkan emosi tidak tersalurkan dengan baik, karena hal itu bisa berdampak buruk pada kondisi mental kita. 

      Jadi kalau kita berpikir untuk berlama-lama menahan amarah, berusaha diam dan bersikap tampak tenang, tapi sebenarnya hanya menumpuk dan menekan emosi marah itu di dalam diri, itu tak baik juga ya. Hal itu bisa jadi bom waktu yang akan meledak tidak terkendali jika emosi dalam diri kita telah jenuh. 

      Sebaliknya kita pun tak bisa membiarkan emosi marah kita meluap-luap dan meledak-ledak. 

     Berikut ilmair sharing beberapa cara yang bisa membantu dalam mengendalikan amarah ya sahabat, semoga bermanfaat dan menginspirasi. 

Cara Mengatasi dan Mengendalikan Amarah

1. Pahami Pemicu

Kenali apa yang memicu amarah kita. Apakah itu ketidakadilan, kekecewaan, atau situasi tertentu? Dengan memahami pemicunya, kita bisa lebih siap dalam menghadapinya.

Seperti sudah dituliskan di atas, marah yang baik tentunya marah yang karena Allah Ta'ala ya sahabat,  marah yang bukan karena ego diri, bahkan jangan sampai hanya karena nafsu syetan saja yang dituruti. 

2. Praktikkan Kesadaran Diri

Ketika merasa amarah naik, hentikan diri sejenak dan amati perasaan serta reaksi fisik. Kesadaran diri juga bisa diawali dengan istighfar, perbanyak minta perlindungan Allah, baca ta'awuz agar kita terhindar dari kemarahan yang disebabkan oleh hasud-an syetan. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚإِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيم

Dan jika setan datang menggodamu, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 200)

Juga ada hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, 

Jika seseorang dalam keadaan marah, lantas ia ucapkan, ‘A’udzu billah (Aku meminta perlindungan kepada Allah)’, maka redamlah marahnya." (HR. As-Sahmi dalam Tarikh Jarjan, 252. Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1376)

Kesadaran diri ini bisa membantu kita mengenali tanda-tanda awal amarah dan memberikan peluang untuk meredakannya sebelum meluap.

3. Olah Napas Disertai Dzikir dan Berwudhu

Teknik pernapasan dalam-dalam dapat membantu menenangkan sistem saraf dan meredakan amarah. Ambil napas perlahan dan dalam ketika merasa amarah muncul, dan hembuskan napas secara perlahan pula.

Sertai selalu dengan dzikir, mengingat Allah Ta'ala, dan berwudhu, karena amarah itu bagaikan api, yang bisa diredakan dengan basuhan air wudhu.

Dari Athiyyah As-Sa’di radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud, no. 4784. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). 

4. Berikan Jeda

Sebelum merespons situasi yang memicu amarah, berikan jeda sejenak. Berhitung hingga sepuluh atau mengalihkan fokus dengan melihat keluar jendela bisa membantu  menghindari reaksi impulsif.

Ya, diam sejenak saat amarah akan mencuat itu diperlukan. Apalagi ada hadist yang diriwayatkan Imam Ahmad yang menyebutkan, 

Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad, 1: 239. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan lighairihi). 

Walau pun diam di sini bukan berarti kita melakukan silent treatment ya, sahabat, karena menurut psikologi itu merupakan cara yang tidak dewasa. Silent treatment artinya kita sengaja mendiamkan orang yang membuat kita kesal atau marah, dengan niat agar orangnya sadar sendiri dan merasa bersalah. Sementara orang yang dewasa itu seharusnya mampu mengkomunikasikan dengan baik jika ada masalah dengan orang lain. 

5. Pilih Kata-kata dengan Bijak dan Komunikasikan dengan Efektif. 

Ya, jika perlu berbicara, pilih kata-kata dengan hati-hati. Hindari mengucapkan sesuatu dalam keadaan marah yang mungkin akan disesali nantinya. Jaga lisan jangan sampai mengucapkan kata-kata kasar pada siapapun. 

Lakukan komunikasi yang efektif, ungkapkan perasaan dengan tenang dan jelas. Dengarkan pula apa yang mereka katakan dengan pikiran terbuka.

6. Alihkan Perhatian dan Ubah Posisi

Alihkan fokus dari amarah dengan melakukan aktivitas yang kita nikmati, seperti berjalan-jalan, atau menulis di jurnal. Namun, mengalihkan ini sebaiknya hanya sementara ya, bukan berlari dari emosi itu sendiri. Tetap harus kita selesaikan masalah yang menyebabkan terjadinya emosi, dan kalau kita belum mampu menemukan solusinya, yang terbaik tentu adalah menyerahkannya pada Allah Ta'ala.

Dalam islam sendiri ada tips untuk meredakan amarah dalam hal posisi, jika kita sedang berdiri maka duduklah, jika sedang duduk maka berbaringlah. Sesuai hadist dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud, no. 4782. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

7. Cari Perspektif Lain

Cobalah melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Pertimbangkan apakah amarah yang kita rasakan sepadan dengan situasi tersebut.

Jangan juga kita hanya terpaku dengan kesalahan, atau bahkan jadi membesar-besarkan masalah. 

8. Latihan Olahraga atau Relaksasi

Kegiatan fisik seperti olahraga atau meditasi dapat membantu mengurangi stres dan menenangkan emosi.

Memang memperbanyak bergerak juga bisa membantu meredakan amarah, ya sahabat. 

10. Cari Bantuan Profesional

Jika merasa sulit mengendalikan amarah sendirian, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari terapis atau konselor yang dapat memberikan panduan lebih lanjut.

Ya, karena nyatanya amarah yang meledak-ledak terus menerus juga bisa muncul karena adanya masalah pada mental yang harus diobati. Sadari kondisi kesehatan mental kita, konsultasikan pada orang yang profesional bisa menangani masalah mental jika perlu. 

     Itu dia cara mengatasi dan mengendalikan amarah yang bisa ilmair share ya, menurutmu bagaimana sahabat? 

      Oiya, kita perlu mengingat bahwa mengendalikan amarah adalah proses yang memerlukan latihan dan kesabaran juga ya. Namun, dengan tekad dan usaha, kita dapat mengubah amarah menjadi sumber kekuatan yang positif daripada mengizinkannya merusak keseimbangan emosi dan hubungan sosial.

     Semoga kita bisa dimampukan oleh Allah Ta'ala ya untuk bisa mengelola emosi kita dengan  baik, termasuk mengendalikan amarah. 

   

Previous article
Next article

6 Komentar

  1. Marah menurutku natural banget sih. Namanya juga orang, punya emosi. Harus dikeluarkan sih, jangan dipendam.
    Nah, yang utama adalah mengendalikan marah ya, supaya engga kebablasan. Semoga kita bisa mengendalikannya yah...

    BalasHapus
  2. Marah boleh, marah-marah yang tidak boleh kan ya
    Mengelola emosi memang perlu untuk dilatih agar tidak mudah terjebak dengan emosi yang negatif

    BalasHapus
  3. marah sih emosi yang wajar yaaa, yang gak wajar menyimpan amarah berlama-lama apalagi berlarut - larut. Biasanya kita udah tau gimana cara ngendaliin marah, karena yang tau kondisi kan diri kita sendiri ya. tapi kalo marah nya udah terlalu berlebihan, lebih baik minta bantuan, supporting system dan bener seperti artikel diatas, cari bantuan profesional ya

    BalasHapus
  4. Manusia memang punya emosi dan naluri utk marah apabila bertemu dengan kondisi yang tidak disukai. Namun jangan sampai pikiran dikuasai amarah yang dapat menimbulkan kerusakan dan merugikan orang lain

    BalasHapus
  5. Setuju banget dengan poin cari bantuan profesional. Karena kadang kita mengira sudah bisa mengendalikan amarah sendiri tapi ternyata cuma jadi bom waktu yang kalau ada pemantiknya bisa meledak dan merugikan diri sendiri plus orang sekitar.

    BalasHapus
  6. Menurutku marah sih gapapa ya, karena seperti dibilang juga, marah itu salah satu jenis emosi, kalau ditahan takutnya meluap suatu saat dan jadi bom waktu. Tapi memang bagaimana mengendalikan agar diluapkan di saat yang tepat itu yang penting buat kita tau

    BalasHapus

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel