Healing Bukan Sekadar Liburan atau Jalan-Jalan

    Healing, sebuah kata yang lagi sering kita dengar ya beberapa waktu ini sahabat. Ya, banyak orang memang lagi sering mengucapkan kata healing, terutama saat mereka pergi liburan atau jalan-jalan (bisa mencari ketenangan atau kesenangan), lalu mempostingnya di media sosial.  Humm ... sepertinya itu termasuk pengertian healing dalam bahasa gaul kali ya?  Hayoo, apa sahabat termasuk salah satu orang yang pernah melakukannya juga?

      Blog ilmair ingin bahas tentang healing  dan kaitannya dengan liburan atau jalan-jalan ya sahabat - Bahasan ilmair kali ini berdasarkan artikel psikologi yang pernah saya baca dan pengalaman pribadi.



Apakah Healing Sama dengan Liburan atau Jalan-jalan

      Jawabannya tentu saja enggak sama ya sahabat. Ada yang salah kaprah ternyata dalam menggunakan kata healing saat ini, atau bisa dibilang penggunaannya kurang tepat. Karena yang dimaksud dengan healing itu sebenarnya ya bukan sekadar liburan atau jalan-jalan. 

      Walaupun benar saat kita pergi liburan atau jalan-jalan terkadang memang bisa membuat kita menjadi lebih rileks.

    Kita bisa melepaskan diri dari penatnya rutinitas, dan menginstirahatkan pikiran yang sudah cukup pusing dalam menghadapi berbagai masalah hidup dengan cara liburan dan jalan-jalan. Namun, nyatanya itu bukanlah healing yang sebenarnya ya sahabat. Mungkin hanya sekadar mebuat diri rileks sesaat atau refreshing (penyegaran diri) saja, karena liburan atau jalan-jalan enggak bisa menyembuhkan mental yang sedang sakit atau mengalami masalah.

    Eh, sakit? Ya, kalau kita berbicara tentang healing - alias penyembuhan, berarti memang ada yang sakit kan ya? Jadi memang butuh proses, enggak cukup hanya dengan liburan dan jalan-jalan. 


Apa Itu Healing?

    Healing berasal dari bahasa inggris yang jika artinya penyembuhan. Dari asal katanya, sebenarnya cakupan healing ini luas, bisa berhubungan dengan penyembuhan sakit fisik maupun psikis (mental). Namun, saat ini penggunaan kata healing ini lebih banyak dikaitkan orang dengan sakit psikis (mental) saja ya.

    Dikutip dari laman situs kompas.com, menurut psikolog Hayinah Ipmawati, M.Psi

... healing adalah sebuah usaha pengembangan keutuhan diri, baik secara fisik maupun mental. Yang perlu ditekankan dalam proses healing adalah adanya proses penyembuhan diri.”

    Jadi antara healing dan liburan atau jalan-jalan itu sebenarnya berbeda. Walaupun bisa saja liburan atau jalan-jalan menjadi bagian dari healing, tapi itu tergantung dari ada atau enggaknya proses penyembuhan di dalamnya. Atau bisa dibilang, enggak semua liburan atau jalan-jalan merupakan healing ya sahabat.

    Ya, mental healing merupakan proses penyembuhan yang digunakan untuk seseorang yang sedang mengalami masalah mental, psikologi, trauma dan sejenisnya. Seseorang bisa dikatakan membutuhkan healing, ketika ia merasa dirinya enggak utuh, pikirannya penuh, enggak bersemangat, serta adanya emosi, rasa sedih, cemas dan perasaan enggak nyaman lainnya, yang terjadi secara berlebihan dan berkepanjangan, sehingga mengganggu aktifitasnya sehari-hari.

    Sedangkan liburan atau jalan-jalan - yang tanpa adanya proses healing di dalamnya - hanya bisa melepaskan penat sesaat saja. Namun, setelah seseorang pulang kembali dari liburan atau jalan-jalannya, dia harus kembali lagi menghadapi masalah di dalam dirinya. Karena masalahnya memang enggak diselesaikan, tapi hanya dialihkan fokusnya dengan jalan-jalan.

    Apalagi menurut ilmu psikologi juga disebutkan, bahwa salah satu gejala beberapa masalah dan gangguan mental adalah si penderita biasanya kehilangan minat pada kegiatan yang disukainya. Jadi kalau hanya sekadar diajak pergi liburan atau jalan-jalan juga belum tentu berpengaruh, karena merasakan senang pada sesuatu yang biasanya disenangi saja si pederita merasa susah.

    Duh, benar juga itu, saya sendiri pernah mengalaminya. Saat mental saya lagi bermasalah karena adanya luka batin, rasanya melakukan apa pun tuh enggak nyaman, enggak bersemangat, bahkan hilang perasaan senang terhadap apa pun yang dilakukan. Ya, karena mungkin hati ini lagi dipenuhi rasa gelisah, cemas, sedih dan perasaan negatif lainnya. Ketika saya pergi jalan-jalan pun perasaan enggak nyaman itu enggak sembuh dan tetap ada. Bahkan pernah juga menjadi lebih parah, ketika keadaan yang dihadapi saat jalan-jalan justru menambah beban pikiran, sampai overthinking. 


Healing Membutuhkan Treatment dan Proses

    Ya, healing itu nyatanya bukan sesuatu yang instan, ada prosesnya, dan fokus pada penyelesaian masalah di dalam diri seseorang yang mengalami luka batin. Bukan melarikan diri dari masalah atau mengalihkan pada hal lain seperti halnya liburan atau jalan-jalan.

    Seperti saat kita sakit fisik misalnya, kita bisa pergi ke dokter atau pun minum obat (dengan resep dokter atau racikan herbal buatan sendiri) dan istirahat.  Dihadapi dahulu rasa sakitnya, ditelaah, lalu diberikan solusi atau obat yang tepat sesuai sakitnya. Masalah psikologis pun begitu, perlu dihadapi luka batin atau sakit mentalnya. Kemudian dilalui proses penyembuhan mentalnya, bisa dilakukan dengan membicarakannya pada orang-orang terdekat yang bisa membantu, atau langsung pergi ke ahlinya - tenaga profesional, seperti psikolog atau psikiater. Bisa juga dilakukan dengan berusaha menyembuhkan diri sendiri atau self healing, tapi itu pun tentu ada prosesnya.


Bagaimana Cara Healing yang Baik?

    Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan seseorang untuk melakukan healing terhadap luka batin atau sakit mentalnya. Setiap orang bisa berbeda-beda proses dan cara healing-nya, tergantung masalah mental yang dihadapi masing-masing. Diawali dengan mengetahui dahulu akar masalah dari sakit mental atau luka batin yang dialami, setelah itu baru bisa dilakukan penyembuhan sesuai dengan  masalah itu.

    Menurut psikolog Hayinah Ipmawati, M.Psi (dari laman kompas.com), healing bisa dilakukan dengan cara mudah dan murah, serta tak perlu mengeluarkan banyak biaya. Misalnya dengan meditasi, atau self-talk (berdialog dengan diri sendiri), atau deep-talk (komunikasi akan suatu hal secara mendalam) dengan orang lain. Lebih lanjut, ia berpendapat bahwa healing yang baik dan efektif sebenarnya subjektif, tergantung individu masing-masing.

    Untuk meditasi, bagi kita yang muslim, pastinya jangan sampai mengikuti cara peribadatan agama lain ya. Meditasi di sini bisa diartikan juga dengan pemusatan pikiran (fokus) dan menjernihkannya.

    Kalau dalam dunia psikologi ada juga yang disebut dengan mindfullness yaitu cara untuk memusatkan perhatian terhadap apa yang terjadi dengan sadar tanpa adanya penilaian - (sumber: sehatq).

    Sedangkan untuk self-talk dan deep-talk perlu diperhatikan juga agar jangan sampai salah dalam prosesnya, sehingga membuat healing jadi terganggu, atau bahkan justru menambah gangguan pada mental.

    Ya, enggak semua self-talk itu memberi pengaruh baik loh ternyata! Self talk juga terkadang bisa menjadi sesuatu yang toksik dan berpengaruh enggak baik bagi kesehatan mental. Ketika apa yang diucapkan pada diri sendiri enggak tepat, kata-katanya enggak mengobati, tapi justru menyakiti atau membuat emosi negatif tertahan dan tertumpuk di dalam diri. Misalnya dengan negative self talk, memarahi dan menyalahkan diri terlalu keras. Atau bisa juga positive self talk tapi toksik (toxic positivity) - toxic positivity adalah perilaku yang mendorong seseorang untuk berusaha keras berbuat dan berfikir positif hingga menekan emosi negatif di dalam diri. 

    Untuk deep-talk dengan orang lain pun begitu ya, enggak selalu bisa membantu proses healing. Karena kenyataannya enggak semua orang bisa menjadi pendengar curhat yang baik dan memberikan solusi atas masalah hidup kita. Kita perlu mencari orang yang tepat untuk bisa menjadi support system dalam hidup kita. 

    Cara healing lainnya adalah dengan menulis. Menulis di sini pun enggak sekadar menulis ya sahabat, jangan sampai salah dalam prosesnya. Karena saya sendiri pernah mengalami, saat saya sedang menulis, sifat perfeksionis saya justru muncul, membuat saya malah menjadi merasa tertekan sendiri, overthinking pun bertambah dan membuat mental saya menjadi semakin lelah. 

    Sementara menulis yang bisa digunakan untuk healing di antaranya adalah dengan cara journaling. Dikutip dari laman ugm.ac.id, menurut Psikolog UGM, Galang Lufityanto, S.Psi., M.Psi., Ph.D, penjurnalan bermanfaat dalam mengungkapkan atau mengembangkan tentang apa yang dirasa penting. Teknik ini bisa dilakukan dengan cara konvensional seperti menulis jurnal harian. Bisa juga dilakukan dengan journal estetik seperti mencoret-coret, melukis, dan mengungkapkan. Dengan journaling jadi bisa melihat lagi masalah yang dialami.

    Beberapa cara healing di atas yang dilakukan oleh diri sendiri termasuk ke dalam self-healing ya sahabat - untuk deep-talk termasuk healing dengan bantuan orang lain. Selain itu masih ada juga self-healing cara lainnya, seperti berdamai dengan diri sendiri, memahami emosi diri, menangis dan lainnya.

    Untuk proses healing yang berkaitan dengan alam, sebenarnya ada juga yang disebut dengan eco-healing (metode penyembuhan dengan cara berinteraksi dengan alam) ya sahabat. Namun, tentu itu pun bukan sekadar liburan atau jalan-jalan ke alam ya. Apalagi eco-healing bisa dilakukan juga di rumah, seperti berkebun, memelihara hewan atau menikmati suasana alam di sekitar rumah - selain pergi ke alam. Dan interaksi dengan alam yang bisa berpengaruh pada kesehatan mental tentu juga yang bisa menyasar penyembuhan sakit dan masalah mental itu sendiri.

    Dari semua cara healing itu, pada setiap orang tentu akan berbeda-beda ya hasilnya. Dan hasilnya bukan hanya tergantung pada bagaimana usaha seseorang untuk melakukan proses healing itu sendiri, tapi tergantung pada Allah, Sang Maha Penyembuh. Jadi, hal utama yang seharusnya kita fokuskan di saat melakukan proses healing adalah tertuju kepada Allah - berdoa meminta kesembuhan, kemudian berusaha melakukan penyembuhan yang juga melibatkan-Nya dan berserah diri kepada-Nya.



     Apalagi healing terbaik itu sebenarnya enggak perlu susah-susah ya kita cari kemana-mana. Karena cukup dengan mengingat Allah, maka hati akan menjadi tenang. Seperti janji Allah dalam QS. Ar-Rad ayat 28, yang artinya, 

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram."

    Ketenangan merupakan bagian yang penting dalam proses healing, orang yang mengalami masalah mental atau terluka batinnya membutuhkannya.

    Kita bisa tenang dengan berdzikir, sholat, berdoa, membaca Al Qur'an dan merenungi maknanya, serta menguatkan iman dan menyadarkan diri akan keberadaan-Nya di setiap waktu - di samping melakukan proses healing dengan cara lainnya, sebagai bentuk ikhtiar kesembuhan diri.  Lalu hasil kesembuhannya serahkan kepada Allah. 

    Ya, itu dia sharing ilmair tentang healing yang ternyata bukan sekadar liburan atau jalan-jalan, sahabat. Inspirasi kesehatan mental islami yang semoga bisa bermanfaat untuk semua, aamiin. Menurut sahabat bagaimana? Boleh share ilmu, inspirasi nya di kolom komentar ya :)

Previous article
Next article

11 Komentar

  1. sejak viral penyebutan healing yang identik dengan jalan-jalan atau liburan, makin banyak yang memiliki persepsi seperti ini. Padahal makna healing kalau didalami lagi bener juga ya, bukan sekedar jalan-jalan biasa
    dan healing kalau untuk "penyembuhan" pasti ada proses yang cukup sulit

    BalasHapus
  2. Ah iya, sejak kata healing ini viral, padahal salah pengertiannya, jadi banyak yang menggunakan kata ini untuk menggantikan kalat liburan ataupun jalan-jalan. Eh, tapi kalau saya mengingatkan dan bilang kalau salah pemakaian kata healing, malah dibilang kurang gaul

    BalasHapus
  3. Iya sih...healing bukan berarti liburan deh...Pulang liburan malah setres kan engga lucu.
    Menulis buatku salah satu media menyalurkan uneg-uneg...Healing juga kalik ya...hehe

    BalasHapus
  4. Bagi saya, healing yang paling mujarab adalah deep talk dengan suami. Mau belanja, mau jalan-jalan, nulis, atau apapun tetap nggak bikin lega. Cuma deep talk yang bikin saya plong dan tenang.

    BalasHapus
  5. Ternyata banyak jalan untuk penyembuhan (healing) tidak sekadar jalan-jalan saja. Terima kasih atas artikelnya

    BalasHapus
  6. Sering kagum eh kaget gitu kalau ada teman yang bilang healing untuk mengatakan sedang piknik. Hehehehe. Aneh tapi nyata. Padahal beribadah, ngobrol dengan suami atau nonton drama juga healing.
    Kalau buat yang punya anak, jalan-jalan tidak selalu berarti healing, bisa merarti pusing. Wkwkwk.

    BalasHapus
  7. Sepertinya konsep healing memang sedikit melenceng ya sekarang. Istilah liburan dan jalan-jalan jadi langsung mengarah ke healing. Padahal arti sebenarnya jauh lebih mendalam dari sekadar liburan atau jalan-jalan semata.

    BalasHapus
  8. Self healing yang biasa dipraktik sebagai muslim dengan membaca Quran akan mereaap bagus ke rohani, juga kunjungan dan mengingat kematian penting agar selalu mengingat tujuan hidup.

    BalasHapus
  9. Bagus ulasannya mbak. Healing sekarang seperti diplesetkan saja oleh sebagian orang dengan liburan. Padahal makna healing itu dalam lho

    BalasHapus
  10. Kalau di kita mah jalan-jalan sekedar refreshing udah dibilang healing ya, Kak. Tapi bener sih. Cuma lebih tepatnya bagian dari healing doang ya... Oke deh.

    BalasHapus
  11. Iya nih, penggunaan kata healing mulai salah kaprah. Traveling sering diganti jd healing. Hadeuuuh

    BalasHapus

Silahkan share saran, kritik, ilmu, inspirasi positifmu di ilmair. Berkomentarlah dengan bijak. Spam akan saya hapus.
Mohon di-setting publik profile blog-nya ya, agar tidak ada profile unknown yang bisa menjadi broken link di blog ini.
Terima kasih ....

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel